Home / Opini

Senin, 21 November 2022 - 18:07 WIB

Sumbangsih Kakek Buyut Kami KH. Entol Muhamad Yasin Pendiri Lembaga Pendidikan Tertua di Nusantara yang Belum Ditetapkan Menjadi Pahlawan Nasional

Oleh:

Tb Mufti Bangkit Sanjaya binti Ayu Lilis binti Ayu Enok Sofiah bin Entol Moh Nawawi bin Entol Ilyas bin KH. Entol Moh Yasin

Salah yang satu patut dipertimbangkan menjadi Pahlawan Nasional yang berasal dari Banten adalah KH. Entol Moh. Yasin, salah satu Sang pendiri awal pendiri utama dan awal Perguruan Mathla’ul Anwar dengan khasanah sejarahnya yang cukup lengkap dan kongkrit dalam perjalan sejarah negara kita, Indonesia.

Namun semangat dan kemauan dari para elit dan masyarakat Banten itu sendiri yang patut dipertanyakan sehingga salah satu saja dari beberapa pendiri belum ditetapkan menjadi pahlawan nasional oleh negara walau asas kepatutan dan kalayakan sudah tak dapat diragukan oleh bangsa dan negara kita. 

Apakah kita menghargai jasa para pahlawannya atau sebaliknya terjadi kirisis kehilangan jati diri masyarakat Banten terkhusus para elitnya saat ini hingga kita dalam kemunduran berbagai bidang?, Padahal berawal purwadaksi jatidiri melahirkan purwacarita mempersembahkan purwanagara yaitu terciptanya sejarah oleh karena sejarah.

“Dengan harapan muncul seberkas sinar, yang kemudian menjadi nama MATHLA’UL ANWAR (bahasa Arab, yang artinya tempat lahirnya cahaya)” Militansi K.H. Entol Moh. Yasin dari Menes ini tak pernah memudar dalam keinginan untuk memajukan umat melalui pendidikan.

Mathla’ul Anwar pertama kali muncul dari usulan KH Entol Mohamad Yasin kepada KH Tubagus Mohamad Sholeh untuk membentuk lembaga pendidikan Islam di Menes. Setelah melalui diskusi dengan ulama-ulama di Menes, KH. Entol Moh Yasin memanggil pulang KH. Mas Abdurrahman yang baru selesai belajar di Makkah untuk melakukan pembaharuan pendidikan Islam di Pandeglang dalam bentuk madrasah.

Pada 10 Ramadan 1334 atau 10 Juli 1916, para ulama Menes mulai meresmikan madrasah MA dengan KH. Mas Abdurrahman sebagai mudir dan KH. Entol Moh Yasin sebagai bestuurpresident. Musyawarah tersebut dihadiri oleh beberapa ulama Pandeglang seperti KH. Tubagus Mohamad Sholeh, KH. Tegal, KH. Abdul Mu’ti, H. Soleman Cibinglu, H. Daud, H. Rusydi, H. Mustagfiri, dan H. Danawi.

Sampai 1936, MA sudah memiliki 40 madrasah yang tersebar di Pandeglang, Lebak, Serang, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Lampung. MA juga sudah memiliki madrasah khusus perempuan yang berdiri di Menes sejak 1929. Pada 1940, MA mendirikan Madrasah Arabiah yang didirikan sebagai sekolah bahasa Arab.

Baca Juga  Refleksi Akhir Tahun 2022: Catatan Kekerasan Anak di Kabupaten Pandeglang Masih Tinggi

Pada 1937, K.akek Buyut kami KH. Entol Moh Yasin wafat. Jabatan bestuurpresident diserahkan kepada wakilnya, KH. Abdul Mu’ti sampai pada muktamar ketiga yang dilangsungkan pada 1939.

Bukankah beliau telah mewariskan peninggalan Besar untuk bangsa ini yaitu kemajuan pendidikan dan budaya untuk kemajuan peradaban dengan berdirinya lembaga pendidikan tertua di Nusantara yaitu Perguruan Mathla’ul Anwar 1916 di Karesidenan Menes , Banten.

KH.Entol Moh. Yasin berawal dari kegelisahan terhadap kehidupan sosial Umat dijaman penjajahan Belanda terlebih terhadap pendidikan dengan semangat yang tinggi dan luar biasa sepulang menghadiri rapat Sarikat Islam di Bogor mulai menggagas dan membentuk wadah pendidikan bernama Mathla’ul Anwar sebagai wujud pergerakan beliau dari sebuah madrasah kecil.

Dengan segenap perjuangannya beliau mewujudkan sehingga diajaknya pula para cendekiawan dan intelektual lainnya berwawasan luas dan beritihad kemerdekaan seperti KH. Mas Abdurrahman, KH. Tubagus Moh. Sholeh serta beberapa pendiri lainnya untuk membesarkan perguruan tersebut dengan menyamakan visi dan misi serta tujuan besarnya yaitu mencerdaskan dan menggerakkan ekonomi umat agar terlepas penjajahan serta memerdekakan tanah airnya yang 3 dekade setelahnya kemerdekaan Indonesia tercapai.

Seiring berjalannya waktu Perguruan Mathla’ul Anwar menjadi besar dan menjadi lembaga pendidikan, sosial, ekonomi serta keumatan pertama dan tertua di tanah air bahkan sebelum organisasi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama ada dalam khasanah sejarah Nusantara sebelum kemerdekan Indonesia.

Hingga kini Mathla’ul Anwar menjadi semakin luas kiprahnya secara nasional dan telah menjadi organisasi besar yang melahirkan tokoh tokoh besar baik nasional maupun regional sebagai bukti  telah sukses dalam memcerdakan kehidupan berbangsa dan bertanah air serta bermanfaat bagi umat karena bukan saja aspek lepas dari kebodohan dan meningkatkan ekonomi umat  bahkan telah mewariskan sebuah peradaban kemajuan untuk Indonesia dari gelap gulita kepada kemajuan terang benderang sesuai dengan cita cita para pendiri secara harfiah maupun istilah yakni ” Tempat Lahirnya Cahaya”,  atau Mathla’ul Anwar.

Namun ada keprihatinan bagi kami warga Banten khususnya karena para pendiri Mathla’ul Anwar belum ada yang ditetapkan menjadi pahlawan nasional seperti para pemikir pergerakan kemerdekaan bangsa lainnya semacam KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim As’ari maupun yang baru baru ini akan ditetapkan oleh Presiden. Tanggal 7 November 2022 nanti di Istana negara yaitu KH. Ahmad Sanusi dari Jawa Barat lebih tepatnya Sukabumi yang adalah tokoh Sarekat Islam dan pendiri Al-Ittahadiyatul Islamiyah yang kurang lebih sama satu organisasi dengan lKH. Entol Moh. Yasin di Sarekat Islam.

Baca Juga  Kejaksaan Negeri Pandeglang Gelar Sosialisasikan P3DN di Aula Pendopo

Menyikapi penetapan 5 orang tokoh yang diusulkan menjadi Pahlawan Nasional oleh negara yg salah satunya adalah KH Ahmad Sanusi dengan peran, kiprah dan sumbangsihnya bagi negeri telah diapresiasi oleh negara dan apresiasi sebaliknya sebagai feedbacknya didapat oleh para pengusung penggagas serta rakyatnya yang pastinya membanggakan semua pihak tentu lahir dari adanya kemauan kerja keras, perjuangan serta keseriusan dari Pemerintah daerah provinsi Jawa barat maupun daerah Sukabumi serta stakeholder juga rakyatnya.

Berkaca kepada KH Ahmad Sanusi dengan sejumlah sumbangsihnya untuk tanah air, dari Banten tidak kalah banyak tokoh tokoh dari tanah Banten yang layak dan patut diusulkan dan ditetapkan menjadi pahlawan nasional dengan kekayaan sejarah dan warisan kontribusinya baik itu untuk tanah air maupun masyarakatnya, namun entah kenapa sedikit sekali yang dipertimbangkan atau boleh dikatakan kurang mendapat perhatian setidaknya digarap dan diperjuangkan secara sungguh dan komprehensif oleh semua pihak.

Kakek buyut kami telah persembahkan institusi pendidikan pertama berbasis pendidikan, kemasyarakatan dan keumatan di Banten dan sebagai lembaga pendidikan tertua di Nusantara dan telah kita rasakan manfaatnya bagi perkembangan dan kemajuan peradaban bangsa. Kakek buyut kami bukan menjual BUMN dan aset aset milik bangsa juga bukan penggadai kedaulatan negara dengan menjaminkan bangsa ini dengan utang ke luar negeri atau yang lainnya. Kakek buyut kami bukan hidup dari negara tapi sudah memberikan warisam besar tak ternilai untuk bangsa sesuai dengan cita cita beliau mencerdaskan rakyat dari kebodohan sebagai ijtihad perjuangan merebut kemerdekaan.

Wahai Presiden, para Menteri dan lembaga negara yang menetapkan Pahlawan Nasional yang diusulkan oleh pemerintah daerah dan warganya dengan tulisan ini kami sebagai warga negara terkhusus warga Banten juga keturunan daripada KH. Entol Moh Yasin memberikan catatan dan penegasan untuk menjadi pengingat agar jangan sekali kali melupakan sejarah dan jasa para pahlawannya sesuai dengan pesan konstitusi para pendiri bangsa, Bung Karno berkata, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya”.

Kamis 3 November 2022

Universitas Mathla’ul Anwar – Pandeglang Banten

#SelamatHariPahlawan

Share :

Baca Juga

Opini

Refleksi Akhir Tahun 2022: Catatan Kekerasan Anak di Kabupaten Pandeglang Masih Tinggi

Opini

Tokoh Masyarakat Apresiasi Kinerja Satlantas Mengawal Operasi Ketupat

Opini

Persepsi Salah Sebabkan Perempuan dan Anak Kerap Jadi Korban Kekerasan

Opini

Arist Merdeka Sirait; Perjuanganmu Tak Akan Pernah Mati

Opini

Membuka Tabir Dugaan Kasus Pelecehan di Pandeglang

Opini

Paradigma Kekerasan Terhadap Perempuan, Anak dan Budaya Patriarki di Masyarakat

Opini

Waspadai Predator Anak Mengintai

Opini

Tadarus Sosial Gelar Diskusi ‘Langkah Kolaborasi Untuk Menciptakan Solusi’ Penanganan Banjir Comberan Pasar Labuan